UTS PENDIDIKAN MORAL
Disusun
untuk memenuhi tugas UTS pendidikan
moral
Dosen
Pengampu:
Drs.
Suprayogi, MPd
Noorochmat
Isdaryanto, SS. MSi
Disusun
Oleh:
Ahmad
Arif Rohman 3301412132
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pendidikan moral. Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas ujian tengah semester pendidikan moral.
Dalam tugas
pendidikan moral ini saya menggunakan sumber refrensi dari beberapa buku yang
berkaitan dengan pendidikan moral dan ditunjang dengan beberapa artikel di
internet. Pada tugas pendidikan moral ini penulis memaparkan tentang konsep
pendidikan moral, dimensi-dimensi moral, perbedaan konsep pendidikan moral
mutakhir. Selain itu, penulis juga menjelaskan mengenai konsep dan modal
pendidikan karakter.
Penulis
menerima saran dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan tugas yang
penulis kerjakan.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .............................................................................................................................
Kata
Pengantar .............................................................................................................................
Daftar
Isi ......................................................................................................................................
Lampiran ....................................................................................................................................
Daftar
Pustaka .............................................................................................................................
3. A. Tabel
tentang persamaan dan perbedaan konsep dan praksis pendidikan moral zaman
Yunani kuno, zaman Romawi kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaissance,
zaman reformasi, zaman realisme.
No
|
Zaman
|
Konsep dan praksis pendidikan moral
|
Persamaan dan perbedaan
|
1.
|
Zaman Yahudi kuno
|
Di zaman klasik itu manusia mengembangkan imajinasinya
tentang eksistensi Tuhan, sekaligus pemahaman bahwa Tuhan itu lebih menyukai
hal-hal yang baik ketimbang yang sebaliknya Dunia menurut pemahaman mereka
sengaja diciptakan agar anak-anak Tuhan dimuka bumi ini dapat memperoleh
pengalaman, dan sekaligus dapat membuktikan sendiri keabsahansemua perintah
Tuhan. Konsep pendidikan pada zaman Yahudi kuno sebagian besar diambil dari Talmud – sebuah kompilasi hukum tidak
tertulis yang berlaku di zaman itu. Dengan hadirnya krstus hukum-hukum Musa
yang semakin memperoleh perhatian dan lebih dipatuhi lagi. Di zaman itu
moralitas tidak sekadar diukur dari kadar kepatuhan manusia terhadap
hukum-hukum yang ada, akan tetapi diukur pula dari kemampuan manusia untuk
mengikuti spirit dan contoh-contoh yang ditunjukan kristus.
|
Moralitas masih di ukur dari kadar kepatuhan manusia
terhadap Tuhan.
|
2.
|
Zaman Yunani kuno
|
Secara kasar pendidikan di zaman Yunani kuno dapat dipilah
kedalam dua periode, yaitu periode Homerik
tua (900-500 SM) dan periode Transisi
atau Kemunduran (500-200 SM).
Dalam periode Homerik tua pendidika lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk
membentuk warga Negara yang tangguh yang diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi kejayaan bangsanya. Sementara pada periode kedua pendidikan
cenderung bergeser ke pengembangan kesejahteraan. Progam pendidikan pada masa
itu mengajarkan pelbagai karya sudah tertulis, namun matapelajaran mebaca dan
menulis bukan merupakan hal utama yang dianggap penting dalam unsur pendidikan.
|
Moralitas manusia yang dianggap baik adalah yang mau
berkorban terhadap kepentingan Negara.
Moralitas yang baik jug adi anugrahkan kepada orang yang
mampu memberikan kejayaan bagi negaranya.
|
3.
|
Zaman Romawi kuno
|
Cicero melontarkan teori yakni De Oratore , yang menunjukan dengan jelas wawasannya tentang
pendidikan. Orator dalam pandangan Romawi adalah mereka yang terdidik , dan
ikut serta dalam pelbagai masalah yang dihadapi negaranya. Orator Romawi
banyak diperankan oleh guru, wartawan, guru agama, dan mencakup
aktivitas-aktivitas yang diabdikan untuk kepentingan hukum, peradilan, dan
urusan-urusan legislative. Quintilianus menjelaskan tentang pendidikan moral
yang di anggap ideal dan harus diajarkan. Setiap orang tua harus berhati-hati
dalam mencari dan memilih guru untuk anak-anaknya. Guru haruslah memliki apa
yang disebut moralitas dan intregitas. Gagasan pendidikan moral pada zaman
Romawi kuno mulanya berpusat di keluarga, begitu mereka mengalami
keberhasilan pada peperangan dan perdagangan pendidikan bagi anak-anak
aristocrat bergeser dari keluarga ke tutor atau sekolah.
|
Moralitas dinilai dari mereka yang mau memberikan
kontribusi bagi negaranya.
Moralitas kini bergeser dari moral binaan keluarga ke
tutor atau sekolah.
|
4.
|
Zaman Abad Pertengahhan
|
Nilai kebajikan bukan lagi dari hubungan antara manusia
dengan Negara akan tetapi lebih bermuara ke hubungan antara manusia dengan
sang penciptanya ( Tuhan ). Agama Kristen mendorong manusia untuk menemukan
kebahagiaan dengan cara melakukan layanan satu sama lain.Sekolah-sekolah
kateketik mulai didirikan untuk memberi kesempatan kepada anggota masyarakat
melibatkan dirinya dalam aktivitas gereja. Biara adalah perwujudan dari
sekolah-sekolah semcam itu yang paling dikenal diawal abad pertengahan.
Nilai-nilai moral yang terekspresi dalam kehidupanbiara boleh jadi jug
amempengaruhi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Ini dikarenakan Biara
adalah satu-satunya yang menjadi pranata pendidikan. Pengajaran di dasarkan
kitab injil yang mengandung nilai-nilai norma, kompilasi fable dan
cerita-cerita rakyat juga dapat menjadi sumber pendidikan moral. Pranata
biara kemudian dibagi menjadi dua yaiut bagi mereka yang ingin menjdai
pendeta dan mereka yang hany aingin menjadi warga gereja biasa.
|
|
5.
|
Zaman Renaissance
|
Bangkitnya kembali ilmu pengetahuan di eropa (Renaissance) ditandai dengan
munculnya kembali minat untuk mengkaji kembali kepustakaan zaman Klasik.
Fokus pemikiran mereka bnyak diarahkan pada praktek pendidikan moeal yang
berkembang di masyarakat. Pemikiran para pendidik pada masa itu merefleksikan
adanya hubungan erat antara ilmu pengetahuan dengan tingkah laku moral.
Desiderus Erasmus pakar pendidikan menyatakan bahwa prinsip-prinsip moral
yang musti diajarkan oleh para pendidik, baik guru maupun orang tua, haruslah
dimluai sejak dini. Erasmus mengemukakan juga bahwa guru harus memenuhi
kewajibannya menanamkan benih-benih aturan moral yang baik, menanamkan
kepekaan akan sosok pribadi warga teladan dalam kehalusan budi generasi muda,
menjauhkan pikiran generasi muda dari pelbagai keburukan, mengupayakan agar
generasi muda mengikuti sepenuhnya segala pengarahan pembimbingnya. Guru juga
dapat menggunakan cerita-cerita yang baik, pelbagai fable yang mengesankan,
cerita-cerita rakyat yang sesuai dengan perserta didiknya.
|
Pemikiran para pendidik pada masa itu merefleksikan adanya
hubungan erat antara ilmu pengetahuan dengan tingkah laku moral.
prinsip-prinsip moral yang musti diajarkan oleh para pendidik, baik guru
maupun orang tua, haruslah dimluai sejak dini. Guru harus memenuhi
kewajibannya menanamkan benih-benih aturan moral yang baik, menanamkan
kepekaan akan sosok pribadi warga teladan dalam kehalusan budi generasi muda,
menjauhkan pikiran generasi muda dari pelbagai keburukan, mengupayakan agar generasi
muda mengikuti sepenuhnya segala pengarahan pembimbingnya.
|
6.
|
Zaman Reformasi
|
Cordasso mengyatakan adanya kombinasi antara Humanisme
Renaissenance dengan gerakan Reformis yang telah menybabkan banyak sekolah
menaruh perhatian terhadap pelbagai bentuk reformasi religi dan pengajaran
moral. John Wycliff menentang kekuasaan paus dan gereja katolik. Paus juga
lebih cenderung dianggap sebagai tokoh duniawi ketimbang sebagai tokoh
spiritual pemimpin agama. Pandangannya bahwa Kitab injil harus selalu dipakai
sebagai dasar berpijak dalam upaya penolakan terhadap pelbagai ide yang
diaangap salah namun sudah merasuk dalam tradisi gereja. Pendidikan, bagi
rakyat kebnyakan, merupakan satu aktivitas penting dalam upaya membantu
mereka untuk mewujudkan fenomena baru tersebut. Kitab injil ditempatkan
sebagai instrument pokok dalam pendidikan, maka ajaran-ajaran moral dan agama
dapat dipastikan tumbuh dan berkembang secara alami. Pendidikan moral
diajarkan dengan melalui contoh-contoh yang tertuang dalam kitab injil dan
yang terekspresi dalam pelbagai kerdo agama.
|
Nilai-nilai moral bersumberkan dari Kitab Injil. Kitab
Injil ditempatkan sebagai instrument pokok dalam pendidikan, maka
ajaran-ajaran moral dan agama dapat dipastikan tumbuh dan berkembang secara
alami. Pendidikan moral diajarkan dengan melalui contoh-contoh yang tertuang
dalam kitab injil dan yang terekspresi dalam pelbagai kerdo agama
|
7.
|
Zaman Realisme
|
Penggunaan karya-karya sastra untuk pendidikan moral
nampaknya masih begitu dominan. Satra-satra intelektual biasanya berpusat
disekitar kajian terhadap penulis-penulis besar. Tokoh-tokoh seperti Galileo,
Descartes, Newton, bacon mampu membuat kemajuan yang mencengangkan di bidang
matematika, astronomi, filsafat, dan biologi. Di zaman Relaisme, sastra dan
bahasa berada dibawah baying-bayang temuan social dan keilmuan. Pendidikan
moral masih menempati posisi penting. John Milton mengakui pentingnya
pengembangan moral dan pribadi bertanggung jawab di zaman yang serba dipenuhi
oleh gelombang ilmu pengetahuan tersebut. John Amos Comenius mengemukakan
gagasannya untuk mendidik anak-anak Tuhan, abik laki-laki maupun perempuan,
di sekolah-sekolah umum. Ia ingin menciptakan satu situasi. Belajar yang
menyenangkan dan sama sekali tidak menghendaki penggunaan unsur-unsur paksaan
ataupun kekerasan didalam pendidikan.
|
Nilai-nilai moral diajarkan melalui karya-karya sastra.
Belajar yang menyenangkan dan sama sekali tidak menghendaki penggunaan
unsur-unsur paksaan ataupun kekerasan didalam pendidikan.
|
B. Tabel perbedaan konsep pendidikan moral mutakhir
(menurut John Dewey, Lawrence Kohlberg,
dan John Wilson).
No
|
Tokoh
|
Konsepsi Moral
|
Perbedaan konsepsi
|
1.
|
John Dewey
|
Pendidikan menurut Dewey menempati posisi yang penting
dalam pelbagai upaya intelligent untuk
mencapai sesuatu tujuan, sementara moralitas dianggap menempati kedudukan
sentral dalam pelbagai pendidikan. Pandangannya yang sempit dan moralitis
terhadap moral ikut bertanggung jawab atas kegagalan untuk memahami bahwa
tujuan dan nilai yang di butuhkan di dalam pendidikan tidak lain adalah moral
itu sendiri. Tujuan akhir dari setiap program pendidikan tidak lain adalah
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
dalam diri setiap peserta didik, atau meningkatnya kapasitas peserta
didik untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
|
Dalam
konsepsi moral menurut John Dewey pendidikan moral menurutnya memiliki tujuan
akhir terjadinya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
|
2.
|
Lawrence Kohlberg
|
Dalam pandangan Kohlberg, setiap orang pada dasarnya
adalah moral philosopher, tidak
peduli apakah ia masih anak-anak ataukah sudah dewasa. Keduanya mempunyai
peluang itu disebabkan oleh adnya suatu bentuk pemikiran moral universal yang
disebut tahap-tahap perkembangan moral kognitif. Perkembangan moral pada
dasarnya berpusat pada ranah kognitif, sementara moralitas umunya lebih
bersifat interaksional. Semakin tinggi moral seseorang maka akan secara
structural yang bersangkutan akan Nampak memiliki kemampuan yang lebih
tinggi.
|
Lawrence
Kohlberg menempatkan Moral kedalam tahap-tahap perkembangan moral kognitif.
Semakin tinggi moral seseorang maka akan semakin tampak ia memiliki kemampuan
yang lebih tinggi.
|
3.
|
John Wilson
|
Pengembangan pendidikan moral, baik secara toritis maupun
praktis, harus dimulai dengan menemukan komponen-komponen atau
atribut-atribut yang diperkiraan mampu menopang pembentukan sosok pribadi
yang terdidik secara moral. Konsepsi pendidikan menurut Wilson yaitu
pendidikan moral lebih didasarkan kepada pendangan (yang berlebih) terhadap masyarakat dan pengalaman (sebagaimana yang dilakukan Dewey)
dan tidak didasarkan pada hierarki tahap-tahap perkembangan psikologis (sebagaimana yang dilakukan Kohlberg).
|
Pendekatan
Wilson berbeda dengan konsepsi perkembangan melalui tahap yang dilalkukan
Kohlberg. Pendekatan Wilson lebih dekat dengan Dewey. Pendekatan Wilson
menekankan Moralitas prinsipel. Prinsip-prinsip yang pertama berkaitan dengan
apa yang dipercayai seseorang. Sedang prinsip-prinsip yang kedua tertuang
dalam “bagaimanakah aturan atau prosedur yang digunakan untuk menilai
kebaikan sesuatu pandangan moral ?”
|
4. A. Tabel persamaan
ajaran moral Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bugis
No
|
Suku
|
Ajaran Moral
|
1.
|
Batak
|
1.
adanya keharmonisan
2.
kerendahan Hati
3.
rasa kasih sayang
4.
demokrasi kekeluargaan
5.
musyawarah mufakat
6.
rasa adil dalam masyarakat
7.
spontanitas,
8.
terbuka, langsung
9.
tenggang rasa dan konsensus
10.
kerja keras
11.
kerja tuntas
12.
pengorbanan yang ikhlas dan tulus
13.
penghormatan orang tua (lebih
diutamakan ibu)
14.
balas budi
15.
berbudi bahasa yang baik
|
2.
|
Sunda
|
1.
kualitas komunikasi dan interaksi
yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan
2.
etos musyawarah, kerja sama, serta
sikap untuk senantiasa bertindak adil
3.
kebaikan jasmani dan ruhani
4.
baik dalam berbicara maupun
tindakan
5.
benar dalam tujuan hidup dan
langkah perbuatan
6.
mawas diri agar tidak terjerumus
dalam perilaku salah dn keliru
7.
cerdas dalam mencari dan
mengembangkan ilmu
8.
tidak sombong
9.
tidak pernah terdorong nafsu
10.
kukuh pendirian
11.
penuh keberanian yang di imbangi dengan
kepandaian
12.
pandai membaca keadaan dan
mendengar keluh kesah bawahan
13.
waspada dan hati-hati
14.
harus menjadi andalan bagi rakyat
15.
memiliki sifat ramah
16.
memiliki budibahasa, sikap maupun
tingkah laku yang baik
17.
menghormati orang tua
18.
menjunjung tinggi kebersamaan
19.
selalu mawas diri
20.
amanah
21.
kokoh memegang prinsip dan janji
|
3.
|
Jawa
|
1.
berjuang untuk negara
2.
membangun kesejahteraan dunia
3.
berbudi luhur dan Rendah hati
4.
jujur, bertindak antisipatif teguh
hati, mampu melihat kondisi dan mengalami kondisi
5.
tidak mudah menyerah
6.
berani menghadapi saja asal benar
7.
tidak mengharapkan bantuan orang
lain
8.
ajaran Jujur, tangkas, bersemangat
9.
sabar dan selalu siap menjalankan
tgas
10.
tidak sembrono
11.
simpatik
12.
menjaga harmonisasi
13.
jangan sombong
14.
mawas diri
15.
mengerjakan segala sesuatu sampai
tuntas
16.
tekun dan sungguh-sunguh dalam
bekerja
17.
berkomiten tinggi dan setia dalam
melaksanakan pekerjaan
18.
hati-hati dan sikpa yang selalu
waspada
19.
dapat membagi waktu dengan baik,
dan rajin dalam bekerja
20.
sikap hormat kepada orang tua
21.
kerja keras
22.
hati-hati dalam melakukuan sesuatu
|
4.
|
Madura
|
1.
mengingatkan untuk selalu
berhati-hati dalam bekerja , bertindak, bertingkah laku, berbicara dan
bersikap
2.
berpikir sebelum membuat keputusan
3.
selalu rajin mencari ilmu untuk
masa depan
4.
mengedepankan semangat
kekeluargaan
5.
saling bergotong-royong
6.
semangat kerja yang giat
7.
pantang menyerah
|
5.
|
Bugis
|
1.
bagaimana seseorang harus
bertingkahlaku terhadap sesama manusia
2.
mengatur batas-batas hak dan
kewajiban setiap orang
3.
dorongan untuk berusaha semaksimal
mungkin
4.
jangan mengingkari janji
5.
keberanian sejalan dengan
kepandaian/ keterampilan
6.
saling memaafkan
7.
saling membantu dan melakukan
pengorbanan demi keluhuran
8.
sifat jujur yang selalu terlihat
9.
adil dan tidak boleh pilih kasih
10.
tidak mengambil hak orang lain
11.
jangan berucap kepada orang
tentang hal yang tidak menyenangkan hatinya
|
Kesamaan
diantara ajaran-ajaran moral diatas
|
Dilihat dari karakter ajaran moral yang menurut adat
Batak,Sunda, Jawa, Madura, dan Bugis bahwa diantaranya memiliki kesamaan
ajarannya yaitu: 1. sama-sama mengajarkan kerja keras dalam arti tida hanya
sekedar kerja namun harus cerdas dalam mengembangkan sesuatu nya
2. sama-sama mengajarkan musyawawarah mufakat dalam bertindak dan
mengambil keputusan di masyarakat
3. sama-sama mengajarkan untuk menghormati orang tua
kita namun ada sedikit berbeda dari adat batak yang lebih sangat menghormati
ibu
4. sama-sama mengajarkan ajaran moral tentang bagaimana
berbudi bahasa, sikap maupun perilaku
yang baik dalam melakukan sesuatu masyarakat
5. sama-sama mengajarkan moral tentang suatu kerendahan
hati sesama manusia
6. sama-sama mengajarkan moral tentang keadilan dan
kejujuran dalam suatu ucapan, tindakan
maupun perbuatan di dalam masyarakat
7. sama-sama mengajarkan moral tentang mawas
diri/hati-hati dalam melangkah
|
B. Tabel persamaan ajaran moral yang ada pada agama Islam,
Kristen/Katolik, Hindu, Budha.
No.
|
Agama
|
Ajaran Moral
|
1.
|
Islam
|
1.
menjaga harga diri
2.
rajin bekerja mencari rezeki
3.
bersilatuhrahmi, menyambung
komunikasi
4.
berkomunikasi dengan baik dan
menebar salam
5.
jujur, tidak curang, menetapi
janji dan amanah
6.
berkomunikasi dengan baik dan
santun, gemar memberi salam
7.
berbuat adil, tolong menolong,
saling mengasihi dan saling menyayangi
8.
sabar dan optimis
9.
bekerja keras apa saja halal
10.
kasih sayang dan hormat pada orang
tua , tidak menipu
11.
pemaaf dan dermawan
12.
berempati, berbeda rasa sebagai manifestasi
kebaikan
13.
berkata benar, tidak berdusta
14.
selalu bersyukur
15.
tidak sombong dan angkuh
16.
berbudi pekerti luhur
17.
berbuat baik dalam segala hal
18.
haus mencari ilmu, berjiwa
kuriositas
19.
punya rasa malu dan iman
20.
berlaku hemat
21.
berkata yang baik
22.
berbuat jujur, tidak korupsi
23.
konsisten, istiqomah
24.
teguh hati, tidak berputus asa
25.
bertanggung jawab
26.
cinta damai
|
2.
|
Kristen/Katolik
|
1.
perihal keadilan, kebenaran,
kejujuran
2.
menghargai nasihat orang tua
3.
bersifat kasih dan setia
4.
rajn bekerja
5.
rendah hati
6.
tulus
7.
tidak banyak omong dan tidak suka
menghina
8.
murah hati
9.
menyukai didikan dan mencintai
pengetahuan
10.
bersifat penggembira dan tidak
mudah putus asa
11.
berakal budi
12.
bijak
13.
tidak curang
14.
berpengharapan dan berorientasi
masa depan
|
3.
|
Hindu
|
1.
suka berbuat baik
2.
berbuat jujur dan berkata benar
3.
suka bekerja keras dan dermawan
4.
menjaga harmonisasi dengan
keluarga, masyarakat dan binatang
5.
egaliter
6.
ramah dan manis, harmonis dan
mencintai sesama
7.
terpelajar dan peduli kepada si
miskin
8.
hormat kepada orang tua, memiliki
pikiran luhur, sayang kepada yang lebih muda
9.
menghormati hak asasi manusia
10.
bersahabat dengan alam
11.
saling tolong menolong
12.
berpegang kepada kebenaran dan
memiliki sejumlah kebaikan
13.
tidak menyakiti makhluk lain dan
tidak memarah
14.
tangkas, pemaaf, teguh hati, dan
tidak angkuh
15.
tidak suka bohong
|
4.
|
Budha
|
1.
memiliki komitmen utk ke jalan
yang benar
2.
bicara tanpa menyakiti dengan cara
benar
3.
perilaku yang tidak menyakiti
orang lain
4.
daya upaya yang mencoba ke arah perbaikan
5.
mengembangkan dan menyempurnakan
tata hidup bersila
6.
disiplin mental dan kebijaksanaan
luhur
7.
dapat berdiri sendiri diatas kaki
sendiri
8.
percaya pada kemampuan diri
sendiri
9.
berbuat kebaikan
10.
orang baik yang mawas diri
11.
memiliki cinta kasih, kasih sayang
dan simpati
12.
kemurahan hati
13.
tertib dalam ucapan dan perbuatan
14.
interaksi yang harmonis
antar-manusia
15.
tidak bersifat iri hati
|
Kesamaan
ajaran moral diantara ajaran-ajaran agama diatas
|
Dalam isi-isi ajaran moral menurut agama diatas ialah
bahwa memiliki kesamaan ajaran moral yang diantaranya:
1.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang rajin bekerja keras dalam
mencari rezeki di dunia
2.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang jujur, tidak curang(tidak bohong) dalam menjalani kehidupan
3.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang kasih sayang dan hormat di dunia
4.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang kebaikan perilaku terhadap sang pencipta, sesama manusia dan alam
yang ada di dunia
5.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang bertindak adil sesama manusia
di dalam dunia
6.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang tidak mudah berputus asa dalam menghadapi hidup di dunia
7.
sama-sama mengajarkan ajaran
tentang rendah hati dalam menjalankan
hidup sehari-hari di dunia dalam berinteraksi sesama manusia
|
DAFTAR PUSTAKA
Haricahyono, Cheppy. __ .
Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral.
Semarang: IKIP Semarang Press.
0 comments:
Post a Comment