PPKn, Universitas Negeri Semarang

Saturday 6 July 2013

tugas UTS pendidikan moral




UTS PENDIDIKAN MORAL
Disusun untuk memenuhi tugas  UTS pendidikan moral
Dosen Pengampu:
Drs. Suprayogi, MPd
Noorochmat Isdaryanto, SS. MSi



Disusun Oleh:
Ahmad Arif Rohman              3301412132



JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pendidikan moral. Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester pendidikan moral.
            Dalam tugas pendidikan moral ini saya menggunakan sumber refrensi dari beberapa buku yang berkaitan dengan pendidikan moral dan ditunjang dengan beberapa artikel di internet. Pada tugas pendidikan moral ini penulis memaparkan tentang konsep pendidikan moral, dimensi-dimensi moral, perbedaan konsep pendidikan moral mutakhir. Selain itu, penulis juga menjelaskan mengenai konsep dan modal pendidikan karakter.
            Penulis menerima saran dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan tugas yang penulis kerjakan.
 



DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................................................
Kata Pengantar .............................................................................................................................
Daftar Isi ......................................................................................................................................
Lampiran   ....................................................................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................................................




3.      A. Tabel tentang persamaan dan perbedaan konsep dan praksis pendidikan moral zaman Yunani kuno, zaman Romawi kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaissance, zaman reformasi, zaman realisme.
No
Zaman
Konsep dan praksis pendidikan moral
Persamaan dan perbedaan
1.
Zaman Yahudi kuno
Di zaman klasik itu manusia mengembangkan imajinasinya tentang eksistensi Tuhan, sekaligus pemahaman bahwa Tuhan itu lebih menyukai hal-hal yang baik ketimbang yang sebaliknya Dunia menurut pemahaman mereka sengaja diciptakan agar anak-anak Tuhan dimuka bumi ini dapat memperoleh pengalaman, dan sekaligus dapat membuktikan sendiri keabsahansemua perintah Tuhan. Konsep pendidikan pada zaman Yahudi kuno sebagian besar diambil dari Talmud – sebuah kompilasi hukum tidak tertulis yang berlaku di zaman itu. Dengan hadirnya krstus hukum-hukum Musa yang semakin memperoleh perhatian dan lebih dipatuhi lagi. Di zaman itu moralitas tidak sekadar diukur dari kadar kepatuhan manusia terhadap hukum-hukum yang ada, akan tetapi diukur pula dari kemampuan manusia untuk mengikuti spirit dan contoh-contoh yang ditunjukan kristus.
Moralitas masih di ukur dari kadar kepatuhan manusia terhadap Tuhan.
2.
Zaman Yunani kuno
Secara kasar pendidikan di zaman Yunani kuno dapat dipilah kedalam dua periode, yaitu periode Homerik tua (900-500 SM) dan periode Transisi atau Kemunduran (500-200 SM). Dalam periode Homerik tua pendidika lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk membentuk warga Negara yang tangguh yang diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kejayaan bangsanya. Sementara pada periode kedua pendidikan cenderung bergeser ke pengembangan kesejahteraan. Progam pendidikan pada masa itu mengajarkan pelbagai karya sudah tertulis, namun matapelajaran mebaca dan menulis bukan merupakan hal utama yang dianggap penting dalam unsur pendidikan.
Moralitas manusia yang dianggap baik adalah yang mau berkorban terhadap kepentingan Negara.
Moralitas yang baik jug adi anugrahkan kepada orang yang mampu memberikan kejayaan bagi negaranya.
3.
Zaman Romawi kuno
Cicero melontarkan teori yakni De Oratore , yang menunjukan dengan jelas wawasannya tentang pendidikan. Orator dalam pandangan Romawi adalah mereka yang terdidik , dan ikut serta dalam pelbagai masalah yang dihadapi negaranya. Orator Romawi banyak diperankan oleh guru, wartawan, guru agama, dan mencakup aktivitas-aktivitas yang diabdikan untuk kepentingan hukum, peradilan, dan urusan-urusan legislative. Quintilianus menjelaskan tentang pendidikan moral yang di anggap ideal dan harus diajarkan. Setiap orang tua harus berhati-hati dalam mencari dan memilih guru untuk anak-anaknya. Guru haruslah memliki apa yang disebut moralitas dan intregitas. Gagasan pendidikan moral pada zaman Romawi kuno mulanya berpusat di keluarga, begitu mereka mengalami keberhasilan pada peperangan dan perdagangan pendidikan bagi anak-anak aristocrat bergeser dari keluarga ke tutor atau sekolah.
Moralitas dinilai dari mereka yang mau memberikan kontribusi bagi negaranya.
Moralitas kini bergeser dari moral binaan keluarga ke tutor atau sekolah.
4.
Zaman Abad Pertengahhan
Nilai kebajikan bukan lagi dari hubungan antara manusia dengan Negara akan tetapi lebih bermuara ke hubungan antara manusia dengan sang penciptanya ( Tuhan ). Agama Kristen mendorong manusia untuk menemukan kebahagiaan dengan cara melakukan layanan satu sama lain.Sekolah-sekolah kateketik mulai didirikan untuk memberi kesempatan kepada anggota masyarakat melibatkan dirinya dalam aktivitas gereja. Biara adalah perwujudan dari sekolah-sekolah semcam itu yang paling dikenal diawal abad pertengahan. Nilai-nilai moral yang terekspresi dalam kehidupanbiara boleh jadi jug amempengaruhi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Ini dikarenakan Biara adalah satu-satunya yang menjadi pranata pendidikan. Pengajaran di dasarkan kitab injil yang mengandung nilai-nilai norma, kompilasi fable dan cerita-cerita rakyat juga dapat menjadi sumber pendidikan moral. Pranata biara kemudian dibagi menjadi dua yaiut bagi mereka yang ingin menjdai pendeta dan mereka yang hany aingin menjadi warga gereja biasa.

5.
Zaman Renaissance
Bangkitnya kembali ilmu pengetahuan di eropa (Renaissance) ditandai dengan munculnya kembali minat untuk mengkaji kembali kepustakaan zaman Klasik. Fokus pemikiran mereka bnyak diarahkan pada praktek pendidikan moeal yang berkembang di masyarakat. Pemikiran para pendidik pada masa itu merefleksikan adanya hubungan erat antara ilmu pengetahuan dengan tingkah laku moral. Desiderus Erasmus pakar pendidikan menyatakan bahwa prinsip-prinsip moral yang musti diajarkan oleh para pendidik, baik guru maupun orang tua, haruslah dimluai sejak dini. Erasmus mengemukakan juga bahwa guru harus memenuhi kewajibannya menanamkan benih-benih aturan moral yang baik, menanamkan kepekaan akan sosok pribadi warga teladan dalam kehalusan budi generasi muda, menjauhkan pikiran generasi muda dari pelbagai keburukan, mengupayakan agar generasi muda mengikuti sepenuhnya segala pengarahan pembimbingnya. Guru juga dapat menggunakan cerita-cerita yang baik, pelbagai fable yang mengesankan, cerita-cerita rakyat yang sesuai dengan perserta didiknya.
Pemikiran para pendidik pada masa itu merefleksikan adanya hubungan erat antara ilmu pengetahuan dengan tingkah laku moral. prinsip-prinsip moral yang musti diajarkan oleh para pendidik, baik guru maupun orang tua, haruslah dimluai sejak dini. Guru harus memenuhi kewajibannya menanamkan benih-benih aturan moral yang baik, menanamkan kepekaan akan sosok pribadi warga teladan dalam kehalusan budi generasi muda, menjauhkan pikiran generasi muda dari pelbagai keburukan, mengupayakan agar generasi muda mengikuti sepenuhnya segala pengarahan pembimbingnya.
6.
Zaman Reformasi
Cordasso mengyatakan adanya kombinasi antara Humanisme Renaissenance dengan gerakan Reformis yang telah menybabkan banyak sekolah menaruh perhatian terhadap pelbagai bentuk reformasi religi dan pengajaran moral. John Wycliff menentang kekuasaan paus dan gereja katolik. Paus juga lebih cenderung dianggap sebagai tokoh duniawi ketimbang sebagai tokoh spiritual pemimpin agama. Pandangannya bahwa Kitab injil harus selalu dipakai sebagai dasar berpijak dalam upaya penolakan terhadap pelbagai ide yang diaangap salah namun sudah merasuk dalam tradisi gereja. Pendidikan, bagi rakyat kebnyakan, merupakan satu aktivitas penting dalam upaya membantu mereka untuk mewujudkan fenomena baru tersebut. Kitab injil ditempatkan sebagai instrument pokok dalam pendidikan, maka ajaran-ajaran moral dan agama dapat dipastikan tumbuh dan berkembang secara alami. Pendidikan moral diajarkan dengan melalui contoh-contoh yang tertuang dalam kitab injil dan yang terekspresi dalam pelbagai kerdo agama.
Nilai-nilai moral bersumberkan dari Kitab Injil. Kitab Injil ditempatkan sebagai instrument pokok dalam pendidikan, maka ajaran-ajaran moral dan agama dapat dipastikan tumbuh dan berkembang secara alami. Pendidikan moral diajarkan dengan melalui contoh-contoh yang tertuang dalam kitab injil dan yang terekspresi dalam pelbagai kerdo agama
7.
Zaman Realisme
Penggunaan karya-karya sastra untuk pendidikan moral nampaknya masih begitu dominan. Satra-satra intelektual biasanya berpusat disekitar kajian terhadap penulis-penulis besar. Tokoh-tokoh seperti Galileo, Descartes, Newton, bacon mampu membuat kemajuan yang mencengangkan di bidang matematika, astronomi, filsafat, dan biologi. Di zaman Relaisme, sastra dan bahasa berada dibawah baying-bayang temuan social dan keilmuan. Pendidikan moral masih menempati posisi penting. John Milton mengakui pentingnya pengembangan moral dan pribadi bertanggung jawab di zaman yang serba dipenuhi oleh gelombang ilmu pengetahuan tersebut. John Amos Comenius mengemukakan gagasannya untuk mendidik anak-anak Tuhan, abik laki-laki maupun perempuan, di sekolah-sekolah umum. Ia ingin menciptakan satu situasi. Belajar yang menyenangkan dan sama sekali tidak menghendaki penggunaan unsur-unsur paksaan ataupun kekerasan didalam pendidikan.
Nilai-nilai moral diajarkan melalui karya-karya sastra. Belajar yang menyenangkan dan sama sekali tidak menghendaki penggunaan unsur-unsur paksaan ataupun kekerasan didalam pendidikan.


B. Tabel perbedaan konsep pendidikan moral mutakhir (menurut  John Dewey, Lawrence Kohlberg, dan John Wilson).
No
Tokoh
Konsepsi Moral
Perbedaan konsepsi
1.
John Dewey
Pendidikan menurut Dewey menempati posisi yang penting dalam pelbagai upaya intelligent untuk mencapai sesuatu tujuan, sementara moralitas dianggap menempati kedudukan sentral dalam pelbagai pendidikan. Pandangannya yang sempit dan moralitis terhadap moral ikut bertanggung jawab atas kegagalan untuk memahami bahwa tujuan dan nilai yang di butuhkan di dalam pendidikan tidak lain adalah moral itu sendiri. Tujuan akhir dari setiap program pendidikan tidak lain adalah terjadinya pertumbuhan  dan perkembangan dalam diri setiap peserta didik, atau meningkatnya kapasitas peserta didik untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Dalam konsepsi moral menurut John Dewey pendidikan moral menurutnya memiliki tujuan akhir terjadinya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
2.
Lawrence Kohlberg
Dalam pandangan Kohlberg, setiap orang pada dasarnya adalah moral philosopher, tidak peduli apakah ia masih anak-anak ataukah sudah dewasa. Keduanya mempunyai peluang itu disebabkan oleh adnya suatu bentuk pemikiran moral universal yang disebut tahap-tahap perkembangan moral kognitif. Perkembangan moral pada dasarnya berpusat pada ranah kognitif, sementara moralitas umunya lebih bersifat interaksional. Semakin tinggi moral seseorang maka akan secara structural yang bersangkutan akan Nampak memiliki kemampuan yang lebih tinggi.
Lawrence Kohlberg menempatkan Moral kedalam tahap-tahap perkembangan moral kognitif. Semakin tinggi moral seseorang maka akan semakin tampak ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi.
3.
John Wilson
Pengembangan pendidikan moral, baik secara toritis maupun praktis, harus dimulai dengan menemukan komponen-komponen atau atribut-atribut yang diperkiraan mampu menopang pembentukan sosok pribadi yang terdidik secara moral. Konsepsi pendidikan menurut Wilson yaitu pendidikan moral lebih didasarkan kepada pendangan (yang berlebih) terhadap masyarakat dan pengalaman (sebagaimana yang dilakukan Dewey) dan tidak didasarkan pada hierarki tahap-tahap perkembangan psikologis (sebagaimana yang dilakukan Kohlberg).
Pendekatan Wilson berbeda dengan konsepsi perkembangan melalui tahap yang dilalkukan Kohlberg. Pendekatan Wilson lebih dekat dengan Dewey. Pendekatan Wilson menekankan Moralitas prinsipel. Prinsip-prinsip yang pertama berkaitan dengan apa yang dipercayai seseorang. Sedang prinsip-prinsip yang kedua tertuang dalam “bagaimanakah aturan atau prosedur yang digunakan untuk menilai kebaikan sesuatu pandangan moral ?”

4. A.  Tabel persamaan ajaran moral Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bugis
No
Suku
Ajaran Moral
1.
Batak
1.      adanya keharmonisan
2.      kerendahan Hati
3.      rasa kasih sayang
4.      demokrasi kekeluargaan
5.      musyawarah mufakat
6.      rasa adil dalam masyarakat
7.      spontanitas,
8.      terbuka, langsung
9.      tenggang rasa dan konsensus
10.  kerja keras
11.  kerja tuntas
12.  pengorbanan yang ikhlas dan tulus
13.  penghormatan orang tua (lebih diutamakan ibu)
14.  balas budi
15.  berbudi bahasa yang baik

2.
Sunda
1.      kualitas komunikasi dan interaksi yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan
2.      etos musyawarah, kerja sama, serta sikap untuk senantiasa bertindak adil
3.      kebaikan jasmani dan ruhani
4.      baik dalam berbicara maupun tindakan
5.      benar dalam tujuan hidup dan langkah perbuatan
6.      mawas diri agar tidak terjerumus dalam perilaku salah dn keliru
7.      cerdas dalam mencari dan mengembangkan ilmu
8.      tidak sombong
9.      tidak pernah terdorong nafsu
10.  kukuh pendirian
11.  penuh keberanian yang di imbangi dengan kepandaian
12.  pandai membaca keadaan dan mendengar keluh kesah bawahan
13.  waspada dan hati-hati
14.  harus menjadi andalan bagi rakyat
15.  memiliki sifat ramah
16.  memiliki budibahasa, sikap maupun tingkah laku yang baik
17.  menghormati orang tua
18.  menjunjung tinggi kebersamaan
19.  selalu  mawas diri
20.  amanah
21.  kokoh memegang prinsip dan janji
3.
Jawa
1.      berjuang untuk negara
2.      membangun kesejahteraan dunia
3.      berbudi luhur dan Rendah hati
4.      jujur, bertindak antisipatif teguh hati, mampu melihat kondisi dan mengalami kondisi
5.      tidak mudah menyerah
6.      berani menghadapi saja asal benar
7.      tidak mengharapkan bantuan orang lain
8.      ajaran Jujur, tangkas, bersemangat
9.      sabar dan selalu siap menjalankan tgas
10.  tidak sembrono
11.  simpatik
12.  menjaga harmonisasi
13.  jangan sombong
14.  mawas diri
15.  mengerjakan segala sesuatu sampai tuntas
16.  tekun dan sungguh-sunguh dalam bekerja
17.  berkomiten tinggi dan setia dalam melaksanakan pekerjaan
18.  hati-hati dan sikpa yang selalu waspada
19.  dapat membagi waktu dengan baik, dan rajin dalam bekerja
20.  sikap hormat kepada orang tua
21.  kerja keras
22.  hati-hati dalam melakukuan sesuatu

4.
Madura
1.      mengingatkan untuk selalu berhati-hati dalam bekerja , bertindak, bertingkah laku, berbicara dan bersikap
2.      berpikir sebelum membuat keputusan
3.      selalu rajin mencari ilmu untuk masa depan
4.      mengedepankan semangat kekeluargaan
5.      saling bergotong-royong
6.      semangat kerja yang giat
7.      pantang menyerah



5.
Bugis
1.      bagaimana seseorang harus bertingkahlaku terhadap sesama manusia
2.      mengatur batas-batas hak dan kewajiban setiap orang
3.      dorongan untuk berusaha semaksimal mungkin
4.      jangan mengingkari janji
5.      keberanian sejalan dengan kepandaian/ keterampilan
6.      saling memaafkan
7.      saling membantu dan melakukan pengorbanan demi keluhuran
8.      sifat  jujur yang selalu terlihat
9.      adil dan tidak boleh pilih kasih
10.  tidak mengambil hak orang lain
11.  jangan berucap kepada orang tentang hal yang tidak menyenangkan hatinya

Kesamaan diantara ajaran-ajaran moral diatas
Dilihat dari karakter ajaran moral yang menurut adat Batak,Sunda, Jawa, Madura, dan Bugis bahwa diantaranya memiliki kesamaan ajarannya yaitu: 1. sama-sama mengajarkan kerja keras dalam arti tida hanya sekedar kerja namun harus cerdas dalam mengembangkan sesuatu nya
2. sama-sama mengajarkan  musyawawarah mufakat dalam bertindak dan mengambil keputusan di masyarakat
3. sama-sama mengajarkan untuk menghormati orang tua kita namun ada sedikit berbeda dari adat batak yang lebih sangat menghormati ibu
4. sama-sama mengajarkan ajaran moral tentang bagaimana berbudi bahasa, sikap maupun perilaku  yang baik dalam melakukan sesuatu masyarakat
5. sama-sama mengajarkan moral tentang suatu kerendahan hati sesama manusia
6. sama-sama mengajarkan moral tentang keadilan dan kejujuran  dalam suatu ucapan, tindakan maupun perbuatan di dalam masyarakat
7. sama-sama mengajarkan moral tentang mawas diri/hati-hati dalam melangkah

B. Tabel persamaan ajaran moral yang ada pada agama Islam, Kristen/Katolik, Hindu, Budha.
No.
Agama
Ajaran Moral
1.
Islam
1.      menjaga harga diri
2.      rajin bekerja mencari rezeki
3.      bersilatuhrahmi, menyambung komunikasi
4.      berkomunikasi dengan baik dan menebar salam
5.      jujur, tidak curang, menetapi janji dan amanah
6.      berkomunikasi dengan baik dan santun, gemar memberi salam
7.      berbuat adil, tolong menolong, saling mengasihi dan saling menyayangi
8.      sabar dan optimis
9.      bekerja keras apa saja halal
10.  kasih sayang dan hormat pada orang tua , tidak menipu
11.  pemaaf dan dermawan
12.  berempati, berbeda rasa sebagai manifestasi kebaikan
13.  berkata benar, tidak berdusta
14.  selalu bersyukur
15.  tidak sombong dan angkuh
16.  berbudi pekerti luhur
17.  berbuat baik dalam segala hal
18.  haus mencari ilmu, berjiwa kuriositas
19.  punya rasa malu dan iman
20.  berlaku hemat
21.  berkata yang baik
22.  berbuat jujur, tidak korupsi
23.  konsisten, istiqomah
24.  teguh hati, tidak berputus asa
25.  bertanggung jawab
26.  cinta damai

2.
Kristen/Katolik
1.      perihal keadilan, kebenaran, kejujuran
2.      menghargai nasihat orang tua
3.      bersifat kasih dan setia
4.      rajn bekerja
5.      rendah hati
6.      tulus
7.      tidak banyak omong dan tidak suka menghina
8.      murah hati
9.      menyukai didikan dan mencintai pengetahuan
10.  bersifat penggembira dan tidak mudah putus asa
11.  berakal budi
12.  bijak
13.  tidak curang
14.  berpengharapan dan berorientasi masa depan

3.
Hindu
1.      suka berbuat baik
2.      berbuat jujur dan berkata benar
3.      suka bekerja keras dan dermawan
4.      menjaga harmonisasi dengan keluarga, masyarakat dan binatang
5.      egaliter
6.      ramah dan manis, harmonis dan mencintai sesama
7.      terpelajar dan peduli kepada si miskin
8.      hormat kepada orang tua, memiliki pikiran luhur, sayang kepada yang lebih muda
9.      menghormati hak asasi manusia
10.  bersahabat dengan alam
11.  saling tolong menolong
12.  berpegang kepada kebenaran dan memiliki sejumlah kebaikan
13.  tidak menyakiti makhluk lain dan tidak memarah
14.  tangkas, pemaaf, teguh hati, dan tidak angkuh
15.  tidak suka bohong

4.
Budha
1.      memiliki komitmen utk ke jalan yang benar
2.      bicara tanpa menyakiti dengan cara benar
3.      perilaku yang tidak menyakiti orang lain
4.      daya upaya yang  mencoba ke arah perbaikan
5.      mengembangkan dan menyempurnakan tata hidup bersila
6.      disiplin mental dan kebijaksanaan luhur
7.      dapat berdiri sendiri diatas kaki sendiri
8.      percaya pada kemampuan diri sendiri
9.      berbuat kebaikan
10.  orang baik yang mawas diri
11.  memiliki cinta kasih, kasih sayang dan simpati
12.  kemurahan hati
13.  tertib dalam ucapan dan perbuatan
14.  interaksi yang harmonis antar-manusia
15.  tidak bersifat iri hati
Kesamaan ajaran moral diantara ajaran-ajaran agama diatas
Dalam isi-isi ajaran moral menurut agama diatas ialah bahwa memiliki kesamaan ajaran moral yang diantaranya:
1.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang  rajin bekerja keras dalam mencari rezeki  di dunia
2.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang jujur, tidak curang(tidak bohong) dalam menjalani kehidupan
3.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang kasih sayang dan hormat di dunia
4.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang kebaikan perilaku terhadap sang pencipta, sesama manusia dan alam yang ada di dunia
5.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang  bertindak adil sesama manusia di dalam dunia
6.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang tidak mudah berputus asa dalam menghadapi hidup di dunia
7.      sama-sama mengajarkan ajaran tentang  rendah hati dalam menjalankan hidup sehari-hari di dunia dalam berinteraksi sesama manusia

DAFTAR PUSTAKA

Haricahyono, Cheppy. __ . Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Theme Support